Siang itu usai
bubaran sekolah seperti biasanya saya tidak langsung pulang ke rumah. Masih
mengenakan seragam abu-abu langsung menuju sebuah percetakan yang terbilang
paling terkenal di daerah saya. Untuk pertama kalinya saya harus berhadapan
dengan pelanggan yang ingin mengetik naskah. “Jang bade ngetik ieu (bari
nyodorkeun naskah ketikeun), tiasa?”
‘Oh…..(rada ngahuleng), tiasa!” Jawab saya. “Mung paling ge beresna
sontenan pa!” Lanjut saya sambil menahan keringat dingin. Karena tahu pekerjaan
itu sebenarnya belum bisa. Sengaja mengulur waktu dengan maksud supaya bisa
bertanya-tanya dulu cara mengerjakannya.
Sejak saat
saya itu bekerja paruh waktu di percetakan dan tugasnya adalah tukang juru
ketik. Walau pun harganya terbilang murah cuma Rp. 1.000,- / lembar tetapi
pekerjaan itu terus ditekuni. Saya bukan cari uang semata tetapi ingin mahir
computer, gumam saya dalam hati. Karena di rumah memang tak punya computer.
Jadi bekerja di percetakan itu bagi saya itung-itung kursus tapi dapat gaji. Lumayan.
Atas
pengalaman itu saya terus ketagihan ingin menguasai seluruh aplikasi computer
terutama yang berhubungan dengan pekerjaan saya sebagai penjual jasa. Sebagai penjual
jasa tentu saja “wajib” hukumnya melayani pelanggan dengan baik dan memuaskan
dan konsekuensinya saya harus terus belajar.
.jpg)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar